Orang yang tidak merugi adalah orang yang beriman, beramal saleh, saling berwasiat kebenaran, dan saling berwasiat kesabaran. (QS al-Ashr [103]: 1-3). Sabar merupakan akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap orang. Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.
Sabar bisa diklasifikasikan menjadi lima, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menerima dan menghadapi musibah, sabar dalam menuntut dan mengembangkan ilmu, serta sabar dalam bekerja dan berkarya. Kelima bentuk kesabaran ini berkaitan erat dengan ketahanan mental spirituil, sehingga kesabaran itu selalu menuntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spirituil yang tangguh.
Pendidikan kesabaran juga merupakan salah satu cara untuk memperoleh petunjuk Allah SWT, karena orang yang sabar hanya mau mendengar suara hati nurani, bukan mengikuti hawa nafsu dan emosi. (QS as-Sajdah [32]: 24). Sabar berarti kita harus ikhlas, menerima dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah.
Kecerdasan merupakan ciri keunggullan manusia dalam memahami ,memutuskan dan mengantisipasi. Kecerdaasan seseorang sering tidak dapat difahami seketika oleh orang kebanyakan , tetapi kemudian menjadi kajian yang tak habis-habisnya setelah menjadi sejarah. Dalam perspektip ini jarak antara orang cerdas dengan orang gila sebenarnya sangat tipis, sehingga gagasan-gagasan orang cerdas sering dianggap gagasan gila. Kecerdasan seseorang memungkinkannya memiliki jarak pandang yang jauh, dua, tiga atau lebih dimensi, sementara orang kebanyakan hanya mampu melihat satu atau maksimal dua dimensi. Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektual), tetapi kecerdasan intelektual ternyata belum menjamin ketepataan keputusan, sehingga dewasa ini orang sudah mulai membicarakan tentang kecerdasan yang lain, yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasaan spirituil.
Kecerdasan intelektual diwujudkan dalam kemampuan berfikir. Kecerdasan merupakan potensi yang dapat mengantar pengetahuan sampai kepada obyek, sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan kapasitas intelektualnya.
Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah(problem solving), (b) mengambil keputusan (decision making) dan (c)melahirkan sesuatu yang baru (kreatifitas). Karena kecerdasan merupakan keunggulan maka hal itu dapat diukur kualitasnya, antara lain melaui metode yang digunakan (deduksi,induksi), atau dilihat
seberapa tingkat kreatifitasnya (metode berfikir kreatip). Metode berfikir kreatip sering tidak bisa difahami orang lain, dan prosesnya melalui tahapan-tahapan, dari (a) orientasi, (b) Preparasi, (c) Inkubasi, (d) Iluminasi dan (e) Verifikasi. Orang yang bisa berfikir kreatip biasanya mempunyai ciri-ciri : (1) meemiliki kecerdasan diatas rata-rata, (2) memiliki sifat terbuka dan (3) memiliki sifat bebas, otonom dan percaya diri. Jika kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam berfikir, maka kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.
Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah disamping yang penyabar. dan sebagainya. Jika kecerdasan intelektual bisa diasah, demikian juga kecerdasan emosi dapat dirangsang. Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan), menakutkan, menjengkelkan, memilukan dsb. Kemampuan pengendalian emosi itulah yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.
Adapun kecerdasan spirituil merupakan kualitas kehidupan ruhaniah
seseorang dimana seseorang dimungkinkan berkomunikasi secara rohaniah, baik secara horizontal maupun vertikal. Memahami kecerdasan spirituil akan mudah jika menggunakan paradigma tasauf.
Penulis : Sutarno (Guru BK SMP N 3 Maos/Ketua MGBK SMP Kab. Cilacap)