Terdengar suara Bapak yang begitu marah membentak anaknya. Ayam yang harusnya sudah masuk kendang, lepas terbang entah kemana. Padahal ayam jago itu sedianya untuk disembelih besok pas malam takbiran.
“ Kamu itu yaa.. ngurusi ayam saja ngga becus…!!! Kamu tahu ngga, ayam jago itu mau disembelih buat hidangan lebaran.. Kalau begini, terus bagaimanaa..???!!!.. Pokoknya, Bapak ngga akan kasih makan untuk buka puasa..!”. Amarah bapak semakin menjadi-jadi. Tangan Bapak seketika berkelebat hampir mengenai kepalaku. Tiba-tiba sebuah tangan yang lembut menahan kelebatan tangan Bapak.
“Panjenengan ini bagaimana sih??. Di itu anakmu, darah dagingmu sendiri..!! Apa panjenengan mau anak kita terlukaa..!!”Jerit ibuku sambil menangis menahan amarah bapak. Ibu menangis sejadi-jadinya.
Akhirnya Bapak terdiam seribu bahasa mendengar jerit tangis ibuku. Sementara anak laki-laki berumur 10 tahun itu mematung, tidak tahu harus berbuat apa.
Anak itu, yang sekarang sudah menjadi pria paruh baya, terbangun dari tidurnya. Ah, ternyata aku bermimpi, katanya dalam hati…
Bapak.. Engkau tetap pahlawanku.. Dan pria itu meneteskan air matanya..